SULAWESIRAYA.COM – Capres nomor urut dua Prabowo Subianto, mengungkapkan kisah tentang dirinya yang lahir dari keluarga yang majemuk.
Hal itu disampaikannya saat melakukan pertemuan dengan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) di Graha Oikumene, Jakarta, Jumat 19 Januari 2024.
“Saya datang dari keluarga yang ayahnya (suku) Jawa, Ibunya Sulawesi. Saya tahu majemuk.”
“Ada (keluarga) yang Kejawen, ada yang Muslim, ada yang Kristen. Kita hidup rukun tidak ada masalah,” kata dia.
Baca Juga:
Pemerintahan Prabowo Mampu Pimpin Indonesia Lebih Baik, Survei Sebut 83,4 Persen Publik Yakin
Presiden Terpilih Prabowo Subianto akan Perbaiki Program yang Belum Sempurna di Periode Mendatang
Prabowo melanjutkan, tidak pernah sekalipun dalam keluarganya mempermasalahkan perbedaan agama.
Baca artikel lainnya di sini : Seluruh Anak Indonesia bisa Dapat Makan Siang yang Bergizi, Langkah Prabowo Ringankan Beban Ojol
Ketika pertikaian terjadi pun, hal itu disebabkan oleh ketidakcocokan dalam berpendapat.
“Kita hidup rukun tidak ada masalah. Kalau bertikai bukan urusan agama pasti karena ketidakcocokan, bukan masalah agama,” ujar Prabowo.
Baca Juga:
Pengembangan Ekosistem Ekonomi Syariah di Indonesia Penting, Presiden Jokowi Ungkap Alasannya
Termasuk Gorontalo, Palu, dan Makassar, 13 Wilayah Berpotensi Dilanda Hujan dengan Intensitas Ringan
Dalam kesempatan itu, ia mengaku sudah beberapa kali bertemu dengan pemimpin, dan anggota PGI.
Lihat konten video lainnya, di sini: Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara, Ristadi : Tenang Pak Prabowo, Pekerja Buruh Bersama Bapak
Prabowo mengenang, kedekatan keluarganya dengan PGI bermula ketika salah satu pamannya memimpin Lembaga Alkitab Indonesia pada tahun 60-an.
“Saya kira saya bukan orang baru di kalangan PGI. Kalau tidak salah di ruangan ini juga bertatap muka dengan wartawan Kristen.”
Baca Juga:
Prabowo Subianto Bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin, Bahas Penguatan Kerja Sama Berbagai Bidang
Melalui Beasiswa dan Pelatihan Medis, Prabowo akan Tingkatkan Kerja Sama Pendidikan dengan Rusia
“Dan banyak keluarga saya memang juga dari keluarga besar Kristen Protestan,” ujar dia.
“Bahkan saya ingat salah satu paman saya juga memimpin Lembaga Alkitab Indonesia, tahun jaman dulu 60-an. Dan waktu itu gedung PGI belum sebagus ini,” tambah dia.
Tidak hanya dalam keluarga, menurut Prabowo kehidupannya juga diwarnai dengan kemajemukan.
Ia bercerita selama bertugas sebagai tentara, kawan-kawan hingga komandannya berasal dari berbagai suku dan agama.
“Saya masuk tentara, masuk Akmil, Sapta Marga itu pertahanan Pancasila.”
“Saya tidur di sebelah saya ada orang Katolik, Hindu. Bersama-sama kita operasi,” imbuhnya.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Salah satu nasihat yang tidak terlupa, yaitu dari seniornya Tarmizi Taher, seorang Laksamana AL yang menjabat sebagai Menteri Agama tahun 1993-1998.
Saat itu, Tarmizi menekankan masyarakat minoritas merupakan saudara seperjuangan yang juga bagian dari bangsa Indonesia.
“Orang-orang minoritas bukan indekos, dia bayar. Dia bayar dengan keringat dan air mata.”
“Jadi dia adalah saudara kita, seperjuangan, saudara sebangsa dan setanah air,” kata Prabowo.***